Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali dewasa ini menemukan banyak kendala dalam upaya menerapkan pemakaian kondom sebagai langkah pencegahan terhadap penularan virus HIV penyebab AIDS.
Padahal, kondom sesungguhnya memiliki peran yang cukup menjanjikan agar seseorang terhindar dari infeksi virus HIV/AIDS saat berhubungan seksual dengan orang yang mengidap virus yang sangat berbahaya itu, kata Koordinator Pokja Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi KPA Bali Prof Dr IDN Wirawan MpH di Denpasar, Selasa (22/7).
Di sela rapat koordinasi KPA Bali, guru besar Universitas Udayana itu menyatakan, sebagian besar masyarakat masih menganggap tabu, bahkan malu-malu kucing jika diajak berbicara masalah kondom. Tidak hanya itu, sebagian masyarakat juga mengaku tidak terbiasa memakai "sarung pengaman" itu saat berhubungan dengan lawan jenis.
"Alasannya macam-macam, mulai dari kurang enak, kurang sreg, sampai kurang gairah, dan lain-lain," ungkap Prof Wirawan.
Akibatnya, berkali-kali upaya pemasyarakatan pemakaian kondom dilakukan, terutama di kalangan wanita pekerja seks komersial (PSK) dan "pelanggannya", selalu saja ditemukan hambatan. Dengan kata lain, "Program kondomisasi tidak pernah bisa sampai dengan mulus ke kalangan mereka," ujar Prof Wirawan.
Senada dengan Prof Wirawan, Prof Dr dr Tutty Parwati SpPD, pemerhati masalah AIDS, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari lelaki yang suka "jajan" selama ini banyak yang tidak bersedia menggunakan kondom saat berhubungan badan dengan wanita PSK.
"Kenyataan di kita berbeda dengan di Thailand atau beberapa negara lain di dunia, yang sebagian besar lelakinya justru meminta disediakan ’sarung pengaman’ saat akan berhubungan dengan PSK," ujar Tutty.
Dikatakan, kebiasaan memakai kondom saat berhubungan dengan PSK di beberapa negara lain itu juga erat kaitannya dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Di Thailand, misalnya, pemerintah setempat menetapkan ketentuan kepada siapa pun yang akan melakukan kontak seksual dengan PSK diwajibkan memakai kondom.
"Ketentuan tersebut diberlakukan sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya penularan virus HIV/AIDS yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual," Tutty menjelaskan. Ia mengungkapkan, dalam upaya mencegah terjadinya penularan virus HIV/AIDS, Pemerintah Thailand menetapkan ketentuan, kepada siapa pun yang akan melakukan kontak seksual dengan PSK diwajibkan memakai kondom.
Tutty menyebutkan, jangan berharap mendapat pasangan intim di Thailand bila seorang "pelanggan" tidak bersedia mengenakan kondom saat berhubungan badan. "Jadi di negeri tetangga itu si pelanggan diharuskan memakai kondom, dengan konsekuensi tidak mendapat pelayanan bagi yang tidak bersedia memakainya," kata Tutty.
Sementara di Indonesia, lanjut dia, tidak ada ketentuan semacam itu sehingga siapa saja boleh memakai wanita PSK tanpa terlebih dahulu memasang "sarung pengaman".
Menurut Prof Wirawan, di Indonesia tidak ada keharusan untuk mengenakan kondom saat melakukan hubungan seksual, karena itu sosialisasinya pun menjadi sulit. Tidak heran bila penyebaran virus HIV ini begitu cepat terjadi di negeri ini.
Namun demikian, ia berharap gerakan memakai kondom, terutama para "petualang" seksual, di masa mendatang perlu lebih dimasyarakatkan guna mencegah terjadinya penularan virus HIV/AIDS yang mengancam ribuan orang di berbagai daerah./ Sumber : Ant/ Kompas
0 Response to "Kondomisasi Temui Banyak Kendala"
Posting Komentar